Pastikan Anda Baca Juga
“Nanti Ayah belikan mobil-mobilan kalau
pr-nya selesai” Hal seperti ini sudah terkesan akrab di sekeliling kita.
Apakah ini tepat? Apakah benar anak menyelesaikan pr sesuai harapan
kita? Atau hanya mengejar hadiah mobilnya saja?
Kali ini kita tidak membahas budaya memberi
hadiah pada saat ulang tahun, tetapi yang akan kita bahas adalah hadiah
sebagai pemicu perilaku baik atau disiplin yang sering disalahartikan.
Dimana hadiah tersebut tidak membentuk perilaku baik, tetapi malah
sebaliknya semakin merusak perilaku.
Di
ranah pendidikan karakter, perilaku dibentuk dengan berbagai macam
teknik dan pendekatan. Salah satunya dengan modifikasi perilaku yang
menggunakan hadiah dan yang tidak menggunakan hadiah.
Hadiah menimbulkan rasa senang dan gembira,
pertanyaan saya adalah bisakah rasa senang dan gembira dimunculkan
tanpa hadiah? Bisa, dan ada banyak caranya. Banyak orangtua tidak
memahami hal ini, atau bahkan berpikir mengenai hal ini. Memang, hadiah
adalah cara yang paling mudah memunculkan akibat senang, dicintai,
diperhatikan dan sejenisnya. Tapi jika ini diberikan terus, ada dampak
bahayanya.
Apa saja 5 dampak buruk dari hadiah?
1. Hadiah biasanya dijanjikan sebelum perilaku yang diharapkan muncul
Hal ini sering digunakan mengontrol atau
memanipulasi anak. Sehingga anak tidak memahami dengan baik alasan
mengapa perilaku baik harus dibiasakan muncul, karena anak hanya
terfokus pada hadiah. Lebih parah lagi apabila yang dijanjikan orangtua
tidak ditepati, kadangkala hal ini justru dapat menyebabkan perilaku
buruk anak semakin menjadi-jadi.
2. Hadiah sering dianggap global
Maksudnya,
saat perilaku baik pada waktu tertentu saja anak dianggap baik. Bisa
jadi pada lain kesempatan anak tidak lagi bersikap baik. Jika ingin
sikap baik konsisten, maka hadiah juga konsisten (hal ini seringkali
memberatkan), akibatnya kita mendidik anak yang hanya bisa menuntut.
3. Hadiah mengajarkan anak untuk fokus diluar dirinya
Hal ini menyebabkan anak kesulitan untuk
memahami rasa, dan akibat dari perbuatan baik yang akan menyenangkan di
hatinya. Orangtua perlu mendidik rasa dan emosi anak, seperti rasa
bermakna, percaya diri, dan menghargai diri sendiri saat dia berhasil
mencapai sesuatu yang baik.
4. Seringkali yang menentukan hadiah adalah orangtua
Hal
ini menyebabkan ukuran keberhasilan perilaku sering tidak berimbang,
hadiah terbaik hanya untuk perilaku yang sudah dia kuasai, atau
sebaliknya. Sehingga level gradasi dalam pencapaian sering tumpang
tindih.
5. Hadiah diberikan jika anak sukses dalam perilaku atau pencapaiannya
Seringkali anak butuh didampingi dalam
proses mendapatkan perilaku yang baik, tetapi di generasi “microwave”
ini semua ingin serba instant, dan yang terpenting adalah hasil.
Sehingga secara tidak sadar hal ini mengajarkan anak memanipulasi
orangtua, yang penting perilaku baik sudah muncul, dan anak akan
mendapatkan hadiahnya.
Membahagiakan orang lain tidak selalu
dengan hadiah, ada banyak cara. Mari kita belajar untuk mengetahui lebih
dalam, bagaimana membentuk karakter anak tanpa hadiah.
Selain hadiah, kita bisa memberikan
dukungan, dorongan yang positif bagi anak. Anak akan merasa bahagia dan
dimengerti dengan diberikan dukungan. Mungkin ekspresi anak tidak
seperti orang dewasa, mereka cenderung tenang dan diam, tetapi jauh di
dalam lubuk hatinya ada perasaan tenang dan nyaman dengan diberinya
perlakuan ini.
Seperti
bayi yang di belai lembut oleh ibunya, atau digendong, ekspresi
wajahnya akan mudah terbaca kalau dia merasa nyaman. Seperti itulah
ekspresi wajah anak saat merasa tenang dan nyaman dengan dukungan anda.
Lebih tenang, tidak cemas, dan tidak merasa sendiri dalam berupaya yang
terbaik bagi dirinya.
Berikut ini adalah keuntungan dari dukungan yang diberikan orangtua atau guru kepada anak
1. Spontan, langsung bisa terjadi saat itu juga
Dukungan akan mengekspresikan secara
langsung perasaan dan kepercayaan orangtua kepada anak. Saat anak merasa
dipercaya maka rasa percaya diri anak akan berkembang dalam
dirinya. Saat orangtua memberikan dukungan, ekspresi terlihat jelas.
Jika memberikan hadiah, ekspresi orangtua cenderung tidak terlihat, dan
proses komunikasi akan jauh lebih sedikit.
2. Spesifik dan fokus
Anak
akan tahu dengan jelas apa yang harus ditingkatkan, dan bagaimana
caranya mencapai kemajuan yang diperlukan. Anak tidak perlu merasa
frustasi untuk mencari-cari cara yang dapat meningkatkan perilaku
baiknya, karena orangtua akan memberikan informasi tersebut dengan jelas
dan detail.
3. Saat diberikan dukungan anak akan merasa nyaman secara emosi
Anak akan merasa diperhatikan, dicintai,
dan dimengerti. Dukungan orangtua kepada anak adalah bentuk upaya untuk
mengerahkan segenap kemampuan orangtua dalam bersikap, berkomunikasi,
dan berempati terhadap anaknya agar menjadi pribadi yang terbaik.
4. Dukungan bisa diberikan kapan saja, bahkan saat situasi sulit
Saat
situasi anak sedang terasa berat dan sulit, iming-iming hadiah mungkin
tidak berguna. Tetapi sikap percaya orangtua kepada anak, dukungan, dan
dorongan akan membuat anak bisa keluar dari hal-hal yang menyulitkan.
5. Banyak sedikitnya kualitas dukungan tergantung dari antusias anak
Saat anak berantusias maka sedikit dukungan
yang diberikan, dan saat kurang berantusias maka perlu banyak dukungan
dan motivasi untuk anak. Dalam memberikan dukungan, orangtua dapat
mengingatkan agar anak mudah memberikan dukungan kepada dirinya sendiri,
ajarkan anak untuk mendukung dirinya sendiri, dan berkata-kata dalam
hati. Hal ini akan mempermudah anak untuk menjadi antusias secara
otomatisSemoga materi ini bermanfaat, dan membantu kita semua dalam membentuk generasi depan yang lebih baik.
0 Komentar