Pastikan Anda Baca Juga
Ayahbunda pasti bingung melihat
perilaku anak yang mendadak menjadi sangat sensitif. Disaat bermain dan tidak
bisa mengambil sepatunya yang jatuh di kolong meja, tiba-tiba ia marah atau
pada saat kita memberi tahu sesuatu yang tidak boleh dilakukannya, tiba-tiba ia
menangis. Setiap dihadapkan dengan keadaan yang tidak sesuai dengan
keinginannya, mendadak anak menjadi pemarah dan cengeng. Padahal kita
sudah memberitahu selembut mungkin dengan pemilihan kata-kata yang baik. Baca
juga : 6 Cara Jitu Meredam Anak yang Sedang
Marah
Perkembangan emosi anak seperti ini
lumrah terjadi pada anak usia 2,5-3,5 tahun kemudian 5-6 tahun. Pada fase
ini anak mudah sekali terbawa ledakan-ledakan emosinya, sehingga seringkali
sulit untuk diarahkan.
Berikut adalah beberapa faktor yang
membuat anak menjadi pemarah dan cengeng atau emosinya mudah sekali
berubah, ayahbunda bisa mempelajari ini mungkin saja ini yang terjadi kepada
anak anda
1. Frustrasi
Anak sudah mengungkapkan
keinginannya, tapi tidak dipenuhi orang tua, maka lazimnya ia akan melampiaskan
kekesalan lewat tangisan. Misal, ia menginginkan makanan atau mainan yang
dilihatnya di supermarket, tapi tidak dikabulkan, maka sepanjang jalan anak
akan menangis terus dan menjadi rewel.
Atasi sikap ngambeknya dengan
bujukan yang tenang dan pelan. Lalu dengan tegas katakan kepadanya, ia tidak
dapat memiliki benda-benda tersebut jika masih bersikap seperti itu. Atau
katakan kepadanya, Anda tidak mau mendengarkan permintaannya jika ia masih
menangis. Jika tangisnya berhenti, peluk ia erat-erat sambil memberikan benda
favoritnya. Katakan juga padanya, banyak cara untuk mendapatkan apa yang ia mau
tanpa harus bersikap tidak baik seperti itu. Sikap rewel di jalan sebetulnya
bisa dikurangi jika sebelum mengajaknya pergi anak sudah dalam keadaan kenyang.
2. Situasi baru
Situasi maupun kondisi baru kadang
membuat anak-anak tidak betah, karena di situ ia belum dapat meluapkan emosinya
untuk bermain. Umpamanya, anak diajak ke pesta bersama orang tua dimana
orang-orangnya tidak ia kenal. Belum lagi suasana hiruk-pikuk sering membuat
anak tak betah. Namun ia sulit mengungkapkan ketidakbetahannya, jadi yang
dilakukan adalah menangis.
Mengatasinya, buatlah suasana yang
asing dan hiruk pikuk itu menjadi akrab baginya. Kenalkan ia dengan rekan atau
teman-teman kita. Apalagi jika mereka membawa anak kecil juga. Setelah itu,
biarkan anak-anak bermain bersama agar tidak bosan dan merasa senang.
3. Suasana tidak nyaman
Suasana yang tidak nyaman, seperti
hawa panas, udara kotor, ruangan sempit dan suara bising sering membuatnya
menjadi cengeng. Salah satunya adalah suasana dalam angkutan umum. Suhu panas
disertai suara derungan mobil sering membuat anak tidak betah. Anak lalu
mencoba mengungkapkan perasaan tidak nyamannya dengan terus-menerus menangis.
Agar tak terjadi hal demikian,
jelaskan dulu gambaran situasi dan kondisi yang akan ia temui. Sebelum
mengajaknya naik angkutan umum, misal, beri ia pengertian bahwa di dalamnya
hawa mungkin panas dan orang-orangnya tidak dikenal. "Namun, cobalah
mengalihkan kondisi tak nyaman itu dengan hal-hal menarik, seperti melakukan
komunikasi atau menunjukkan tempat-tempat menyenangkan dan menarik kepada anak
sepanjang perjalanan."
4. Sakit
Karena sakit, anak merasakan kondisi
tubuhnya tidak nyaman. Makan tak enak, tidur pun tak nyenyak. Kondisi tubuhnya
juga lemas dan lemah. Semua itu tak jarang membuat anak jadi cengeng, termasuk
anak yang tadinya tidak cengeng. Belum lagi, sikap orang tua yang lebih
protektif kepada anak sakit ternyata bisa menambah sikap cengeng itu.
Tak ada jalan selain menganggapnya
wajar. Lakukan sesuatu yang bisa membuatnya merasa lebih enak. Misal,
memutarkan film atau lagu kesukaannya, atau mendongeng kan cerita yang menarik.
5. Kelelahan
Sama halnya dengan sakit, kelelahan
juga bisa membuat anak cengeng. Misalnya, sehabis bermain seharian. Jika
orang dewasa bisa langsung mengungkapkan kondisi tubuhnya yang lelah, maka
tidak demikian dengan anak. Apalagi orang tua belum tentu langsung tanggap.
Akhirnya, anak mengungkapkan kondisinya dengan sikap rewel dan cengeng.
Kerewelan anak sebetulnya merupakan ungkapan bahwa ia menginginkan istirahat.
Ajak anak ke tempat tidur lalu bacakan dongeng untuknya.
6. Butuh perhatian
Pada saat perhatian orang tua
untuknya terpecah, anak akan merasa terbuang. Kondisi ini umumnya muncul saat
ia baru saja memiliki adik yang menyita perhatian orang tua. Perasaan terbuang
membuat anak rewel yang tak jarang disertai tindakan untuk memancing perhatian
orang tua. Salah satunya mengganggu si adik.
Untuk mengatasinya, bersikaplah adil.
Curahkan perhatian kita kepada si kakak, sama besarnya dengan kepada si adik.
Tumbuhkan rasa sayang dan memiliki, misalnya dengan menyuruh kakak menjaga
adiknya.
7. Kehilangan figur tersayang
Hal ini akan dialami jika orang tua
meninggalkan anak dalam jangka waktu lama. Bagaimanapun, di usia ini anak
sangat tergantung pada kehadiran figur yang dekat dengannya. Ketika figur itu
pergi, ia merasa sangat kehilangan yang diungkapkannya dalam bentuk
kecengengan.
Untuk mengatasinya, orang yang
kebetulan dipercaya sebagai pengasuh harus menunjukkan sikap yang dapat
membuatnya nyaman. Alihkan perhatiannya dari ingatan terhadap orang tua dengan
aktivitas-aktivitas yang sangat menyenangkan. Umpamanya, mengajak ia bermain
bersama teman-teman sebaya.
8. Terlalu banyak larangan
Terlalu banyak melarang akan membuat
anak berang. Di usia ini perkembangan motoriknya sedang pesat. Setiap saat dia
akan berlari-lari, menaiki kursi, maupun melompat-lompat. Nah, sikap orang tua
yang selalu melarang, seperti "Awas, nanti jatuh," atau, "Jangan
dipegang-pegang, nanti pecah", tidak akan membuatnya jadi penurut, justru
sebaliknya, anak ingin berontak. Asal tahu saja, saat itu anak ingin
menunjukkan kemampuan yang dimilikinya. Baca juga : Cara Mudah Mendidik Anak Tanpa
Bentakan dan Teriakan
Jadi, orang tua justru harus
memberikan dukungan atas perkembangan anaknya. Misal, saat ia berusaha memanjat
kursi, dukunglah dengan cara tidak melarangnya, tapi menjaganya kalau-kalau ia
terjatuh.
9. Habis menonton film
Di usia ini anak belum bisa membedakan dunia
khayalan dalam film dengan kenyataan. Anak akan menganggap nyata adegan seram
atau kekerasan yang kebetulan ditontonnya. Jangan heran kalau setelah itu ia
merasa ada hantu yang terus membayangi dirinya. Ia pun jadi merasa tidak nyaman
dan gampang menangis. Perasaan tertekan itu juga berpengaruh terhadap
aktivitasnya, seperti selalu minta diantar jika ingin pergi ke kamar mandi.Sumber : http://www.asuhanak.com/2014/12/9-faktor-penyebab-anak-menjadi-pemarah.html
0 Komentar