Pastikan Anda Baca Juga
![]() |
Ilustrasi |
Guru adalah salah satu tokoh penting dalam
dunia pendidikan. Dan dunia pendidikan tak dapat lepas dari peran
seorang guru. Namun, bagaimana jadinya jika guru sebagai pemegang peran
penting dalam dunia pendidikan tersebut tak menjalankan perannya dengan
baik?
Salah satu contoh dari guru yang tidak
menjalankan perannya dengan baik adalah guru yang selalu meremehkan dan
menghina murid-muridnya, terutama murid-murid yang disebut sebagai murid
bodoh. Walaupun tidak seluruhnya, tetapi, banyak guru di dunia
pendidikan ini yang meremehkan murid-murid tersebut. Mereka berpikir
bahwa murid-murid tersebut bodoh, menjengkelkan, menyusahkan, dan
berbagai pandangan negatif lain ada di dalam pikiran mereka.
Saya pernah mendengar seorang guru berkata seperti ini, “Aduh! Kalian ini, begini saja tidak bisa? Mau jadi apa kalian nanti?”
Kata-kata itu seakan memiliki arti, bahwa
apabila seorang murid tidak bisa menguasai mata pelajaran yang guru itu
ajarkan, maka ia tidak akan bisa menjadi orang yang sukses.
Ada juga yang berkata seperti ini, “Begini saja tidak bisa! Kalian itu bisanya apa, sih?”
Tidak bisa dan tidak menguasai satu mata
pelajaran, bukan berarti mereka tidak memiliki bakat di bidang lain.
Setiap manusia di dunia ini pasti memiliki bakat dan minat yang
berbeda-beda, entah itu di dalam pelajaran akademik ataupun dalam bidang
non-akademik. Dan kemampuan seseorang dalam sebuah pelajaran pastinya
tidak sama antara satu dengan yang lainnya.
Kata-kata bisa saja menjadi sebuah tombak
maut, yang pada akhirnya menjatuhkan semangat belajar seorang murid.
Murid itu butuh dukungan dan bimbingan, bukan kata-kata dengan nada
menyindir seperti itu.
Salah satu teman dari sekolah yang berbeda
dengan saya juga pernah menceritakan sebuah peristiwa dalam dunia
pendidikan ini. Katanya, ada seorang guru di sekolahnya yang tidak
pernah menjalankan kewajibannya sebagai seorang guru. Guru tersebut
jarang masuk ke dalam kelas, tidak pernah membahas materi yang
seharusnya diajarkan, bahkan tak pernah membagi sedikit pun ilmu
pengetahuan yang ia miliki pada murid-muridnya. Kalaupun masuk ke dalam
kelas, ia hanya memberikan tugas-tugas kepada muridnya. Namun, dengan
tidak tahu malu guru tersebut memberikan ulangan dan menyuruh
murid-muridnya belajar dari buku paket.
Memberikan ulangan tanpa pernah mengajarkan
materi saja sudah sangat keterlaluan. Belum cukup dengan hal itu,
ternyata guru itu juga menyindir murid-murid dengan nilai yang tidak
memuaskan. Keterlaluannya sudah melewati batas normal.
Menurut saya, arti dari ulangan itu sendiri
adalah pengulangan atas materi yang pernah seorang guru ajarkan kepada
murid-muridnya. Ulangan itu berguna unruk mengukur sejauh mana pemahaman
murid pada materi yang telah diajarkan oleh guru. Guru yang tidak
pernah mengajarkan materi kepada murid seharusnya tidak memiliki hak
untuk memberikan ulangan.
Murid-murid seperti mereka sangat membutuhkan
guru yang pengertian dan bisa memahami batas kemampuan mereka. Dan saya
sangat senang ketika seorang guru pernah berkata seperti ini, “Saya
mengerti kalau tidak semua dari kalian yang suka dan bisa dalam mata
pelajaran saya. Bagi saya, kalian mau tenang dan mendengarkan pelajaran
yang saya ajarkan saja, itu sudah cukup.”
Andai saja semua guru bisa pengertian seperti
itu, pastilah semua murid tidak akan merasa terkekang dengan mata
pelajaran yang bukan merupakan bakat dan minat mereka.
Guru seharusnya menyadari, beban mata
pelajaran yang harus dikuasai oleh murid itu sangat berat. Ada begitu
banyak mata pelajaran yang harus mereka pelajari. Dan otak manusia itu
bukanlah komputer yang bisa menampung dan menyimpan materi-materi
tersebut dengan mudah. Apalagi untuk murid-murid yang mereka sebut
sebagai murid bodoh, beban materi tersebut pasti akan terasa berat bagi
murid-murid seperti mereka.
Seperti anggapan orang-orang, tak ada murid
bodoh di dunia ini, yang ada hanyalah murid yang malas. Namun, bisakah
murid yang mendapatkan nilai jelek disebut sebagai murid malas? TIDAK
SEMUANYA. Murid dengan nilai jelek belum tentu merupakan murid malas.
Akan tetapi, banyak guru yang beranggapan kalau murid-murid dengan nilai
jelek ini merupakan murid yang malas, tidak mau belajar, dan kerjanya
hanya bermain saja.
Seperti yang orang-orang ketahui, bakat dan
minat seseorang itu berbeda-beda. Begitu pula kemampuan seorang murid
dalam suatu pelajaran. Murid dengan nilai jelek tersebut bisa saja
memang tidak memiliki bakat di mata pelajaran yang diujikan. Contoh
nyata dari hal ini terjadi pada diri saya sendiri. Saat saya masih duduk
di bangku kelas 1 SMA, sekeras dan sesemangat apapun saya berusaha
untuk menguasai pelajaran fisika dan kimia, tetapi, tetap saja tidak
bisa. Bukan karena saya malas, tetapi karena bakat saya memang bukan
disitu.
Saya selalu menyalahkan sistem pendidikan.
Karena sistem pendidikan itulah yang membuat para guru harus mengajarkan
berbagai mata pelajaran yang mungkin bukan merupakan bakat dan minat
murid-muridnya. Sistem pendidikan itulah yang membuat murid-murid harus
mempelajari banyak mata pelajaran yang mungkin tidak akan berguna bagi
masa depan mereka.
Dan sistem pendidikan itulah yang membuat
murid-murid dengan kemampuan akademik rendah harus merasakan kejamnya
dunia pendidikan. Mereka harus dihina dan direndahkan. Padahal,
sangatlah mungkin murid-murid dengan kemampuan akademik rendah tersebut
memiliki bakat non-akademik yang luar biasa. Mereka memang tidak
memahami rumus-rumus matematika, fisika, dan kimia. Mereka memang tidak
bisa menghapalkan materi dari mata pelajaran sejarah yang sebegitu
banyaknya. Namun, siapa yang tahu jika mereka memiliki bakat luar biasa
sebagai seniman dengan tingkat kreativitas yang tinggi? Penulis yang
memiliki daya imajinasi luar biasa? Ataupun atlet olahraga dengan
kemampuan yang mengagumkan?
0 Komentar