Pastikan Anda Baca Juga
Pahlawan…..
Hasilnya apa ? Setelah sampai di puncak gunung
maka semua terlepas bebas. Plong. Bahagia. Puas. Kesulitan dan kesusahan yang
barusan dinikmati hilang begitu saja. Tapi, apakah cukup puas dengan mendaki
Tengger ? Tentu tidak. Jiwa petualang dan pendaki serta pejuang adalah tidak
mudah puas dengan hal yang dicapai. Lalu ? takhlukkan gunung-gunung yang lain. Saya
yakin anda bisa !!
Terima kasih, Anda telah membaca Rahasia Kesuksesan Pahlawan
Saya
yakin, para pahlawan itu tidak pernah berfikir ingin menjadi pahlawan. Yang
terfikirkan di benak mereka adalah memberikan yang terbaik dari apa yang
dimilikinya dan mengorbankan semua apa yang dimilikinya. Pangeran Diponegoro,
saya yakin tidak pernah berharap ingin menjadi pahlawan kemerdekaan. Jenderal
Ahmad Yani juga tidak pernah berfikir ingin menjadi pahlawan revolusi. Tetapi,
sebenarnya ada apakah di balik kebesaran nama para pahlawan itu ? Ada apakah
yang menyebabkan mereka mampu bertahan dari berbagai cobaan hidup ?
Suatu
hari, di pelataran Makkah berkumpulah 2 generasi islam yaitu sahabat dan
tabiin. Mereka adalah Abdullah bin Umar, Abdul Malik bin Marwan, Mushab bin
Zubair dan Urwah bin Zubair. Keempatnya bercakap-cakap cukup serius.
Bertanyalah Mush’ab bin Zubair, “ Apa cita-cita kalian ?” Tapi ketiga temannya
tidak menjawab. Maka diulanginya sampai tiga kali dengan pertanyaan sama.
Tetapi, ketiganya malah bertanya balik kepada Mush’ab bin Zubair, “ Lalu
cita-citamu apa wahai Mush’ab ?”
Mush’ab
menjawab, “ Cita-citaku sebagai muslim adalah ingin menakhlukkan Iraq.
Cita-citaku sebagai pribadi ingin menikahi Sakinah binti Husain dan menikahi
Aisyah binti Thalhah.” Ketiganya tersenyum semangat, seraya berkata Abdul Malik
bin Marwan, “ Aku ingin menjadi khalifah”. Abdullah bin Umar menyambung, “ Aku
ingin masuk syurga”. Dan Urwah bin Zubair berkata, “ Aku ingin menjadi ahli
fiqih.”
Lalu apa
yang terjadi kemudian ? Tidak lama dari peristiwa itu, Abdul Malik bin Marwan
menjadi Khalifah umat Islam pada masa Abbasiyah. Dan beliaulah yang mengawali
didirikannya kantor pos, penggunaan uang logam dan mengawali penerjemahan
kitab-kitab ulama. Kemudian, Mus’ab tak lama setelah itu ikut menahlukkan Iraq
dan menikah dengan Sakinah binti Husain dan Aisyah binti Thalhah. Sedangkan,
Abdullah bin Umar menjadi tetangga Rasul di Syurga dan beliaulah sahabat yang
paling menjaga sunnah Nabi saw. Sementara Urwah bin Zubair menjadi seorang
Faqih atau ahli fiqih dan nama-nama beliau terdapat dalam kitab-kitab para
ulama.
Itulah
sepenggal kisah keempat pejuang muslim yang mampu menjadi pahlawan dan seorang
muslim sukses. Tentunya, kita bisa mengambil beberapa keyword dari perjalanan
hidup mereka sehingga menjadi orang-orang yang sukses, yaitu memiliki mimpi
yang tinggi ( high dream ), berusaha sungguh-sungguh mewujudkannya ( hardwork)
dan terakhir memiliki nafas yang panjang ( take a deep breath ).
Pertama,
memiliki cita-cita tinggi ( high dream ).
Para
pahlawan adalah pemimpi sejati. Mimpi bukanlah bunga tidur tetapi mimpi yang
mewujud dalam aksi kehidupannya. Mimpi Pangeran Diponegoro adalah mengusir
penjajah kristen belanda dari nusantara. Mimpi Rasulullah saw saat perang
Khondak adalah menakhlukkan Persi dan Romawi. Dan sahabat Umar bin Khotob
selalu bertanya kepada para sahabat saat dalam majlis ilmu, “ Apa cita-cita
kalian wahai sahabatku ?” Ada sahabat yang menjawab, “ Aku bercita-cita di
dalam majlis ini penuh dengan emas permata yang dengannya aku berjihad sampai
menemui syahid “. Ada yang menjawab, “ Aku berharap di dalam majlis ini penuh
dengan mutiara sehingga dengannya aku korbankan semuanya untuk berjihad sampai
syahid di jalan Allah .“ Lalu, cita-cita saya apa ? “ Saya bercita-cita ingin
menjadi guru profesional dan inspiratif.” Cita-cita anda apa ?
Kedua,
Berusaha keras mewujudkannya ( Hardwork )
Mimpi,
cita-cita atau visi hidup hanya akan menjadi mimpi ( utopia ) belaka jika tanpa
usaha/kerja keras mewujudkannya. Cita-cita adalah rel dalam mengarahkan arah
kehidupan. Dengannya semua aktivitas akan dibatasi dan terevaluasi. Thomas Alfa
Edison mengatakan, “ Orang sukses itu 1% kecerdasan dan 99% keringat.” Al-Quran
menyebutnya sebagai ‘Amal Sholih dan Fastabiqul Khoirot, maknanya adalah banyak
beramal sholih dan selalu berkompetisi dalam beramal demi cita-cita yang
diimpikan. Usaha keras adalah syarat mutlak bagi manusia yang ingin mewujudkan
semua cita-citanya, karena Allah SWT tidak akan merubah nasib manusia jika
manusia tidak mau berusaha keras merubahnya sendiri.
Ketiga,
bernafas panjang ( Take a Deep Breath).
Saya
teringat saat saya melakukan pengembaraan 4 hari pada masa aliyah di event
orientasi Laksana. Saya dan teman-teman melakukan perjalanan dari daerah Leces
sampai Purbolinggo, mendaki pegunungan Tengger, menuruninya dan mengarungi
gurun pasir akhirnya kami harus mendaki 100 anak tangga di gunung Bromo di
waktu subuh dengan balutan udara dingin yang mengigit kulit. Yang menjadi
pengalaman adalah saat mendaki pegunungan Tengger. Semakin tinggi, semakin naik
posisi kita di puncak gunung maka udara semakin dingin, angin terasa kuat
sekali seolah-seolah ingin menerbangkan siapapun dan tentunya oksigen terasa
makin menipis. Saya yakin, kami tidak akan berhasil sampai di puncak Tengger
jika napas kami hanya pendek. Artinya, pengaturan napas dan dimilikinya napas
yang panjang akan membuat fisik kita lebih kuat dalam menerima halang rintang
yang menghalangi terwujudnya cita-cita kita. Wujud napas panjang adalah
bersabar dan bersyukur. Bersabar artinya menerima dengan ikhlas dan bersyukur
artinya halangan adalah tantangan yang harus ditaklukkan. Semua halangan adalah
ujian sehingga kita lulus dari ujian tersebut.
0 Komentar