Pastikan Anda Baca Juga
Kadang kita menyangka bahwa orang baik adalah orang
yang murah senyum, sopan, ramah dan tidak suka berbicara kotor.
Beberapa orang menganggap orang yang baik adalah orang yang rajin shalat
di masjid dan puasa di siang hari. Iya hal itu tidak salah, walaupun
belum bias menjelaskan secara total bahwa dia benar-benar orang yang
baik atau shaleh. Ada dua hal yang akan menjelaskan apakah dia itu
seorang yang baik dan shalih atau hanya Nampak baik luarnya saja.
Yang pertama, adalah lihatlah saat menempuh
perjalanan bersamanya. Orang yang baik adalah orang baik ketika menempuh
perjalanan. Dia orang yang tidak egois. Mau mendahulukan kepentingan
orang lain daripada kepentingan dirinya. Misalkan, ketika satu bus atau
satu kereta dengan orang yang baik tersebut, dia akan mempersilahkan
orang tua, ibu-ibu, orang yang sakit dan lemah untuk duduk di tempat
duduknya sementara dia berdiri saja.
Orang yang baik dalam perjalanan, akan memberikan
sebagian bekalnya kepada teman seperjalanannya. Dia tidak mau merasa
kenyang sendiri sementara teman seperjalanan kelaparan dan kehausan.
Percuma saja bila ada orang memakai jubah dan kopyah tapi tetap duduk
enak-enak sementara di sampingnya ada ibu hamil yang berdiri dalam bus.
Orang yang shalih akan memberikan tempat duduknya pada wanita hamil yang
sedang berjihad merawat bayi dalam perutnya. Jadi kalau mau lihat watak
asli seseorang, lihatlah saat menempuh perjalanan bersamanya.
Yang kedua, adalah lihat orang itu saat bermusuhan.
Orang yang baik dan shalih adalah orang yang tetap baik meskipun sedang
bermusuhan. Dia tidak berlebihan dalam bermusuhan. Tidak mengucapkan
kata yang kasar atau kata-kata yang belakangan akan dia sesali. Orang
yang mulia cenderung tidak marah dan memaafkan orang-orang yang
memusuhinya. Sungguh, memaafkan orang yang menyakiti adalah pekerjaan
yang berat. Sehingga pelakunya akan memiliki derajat kemuliaan.
Meskipun dzahir seseorang memakai baju yang putih
bersih, namun saat bermusuhan dengan seseorang dia melontarkan sumpah
serapah dan dendam, maka hatinya hitam dan busuk. Tidak seputih bajunya.
Orang yang mulia hatinya lapang untuk member maaf. Melupakan kesakitan
yang musuhnya berikan. Tak ada keinginan untuk membalas saat kuasa
membalas. Mencintai kebaikan dan kerukunan. Mencintai perdamaian dan
kekeluargaan. Tidak suka memperpanjang masalah apalagi sampai-sampai
dibawa ke pengadilan. Miris sekali melihat ada orang yang tega membawa
nenek-nenek ke pengadilan hanya karena tuduhan mencuri kakao. Apa
sulitnya nmemaafkan, apalagi berurusan dengan nenek-nenk?. Betapa
mulianya para penahan marah dan pemaaf. Menahan marah saja tanpa
memaafkan hanya menimbulkan penyakit. Memaafkan tapi marah-marah juga
menimbulkan penyakit. Yang terbaik adalah menahan marah dan memaafkan.
Jangan tertipu dengan shalat dan puasa seseorang,
lihatlah bagaimana saat dia dalam perjalanan dan saat bermusuhan. Jika
dia bersikap baik saat dua kondisi itu, maka dia benar-benar orang yang
baik dan shalih. Jika dia bersikap buruk saat dua kondisi tersebut, maka
dia adalah orang yang buruk meskipun lahirnya Nampak baik. (Didi Eko
Ristanto)
0 Komentar