Pada Zaman modern ini kita harus akui bahwa berdasarkan fakta yang
terjadi di tengah-tengah masyarakat yang gampang bisa kita temui
sehari-hari. ternyata menjadi orangtua itu memang tidak mudah.Apalagi
kebanyakan kita tidak dibekali dengan pendidikan Rumah tangga yang cukup
oleh orang tua kita. Sebagi akibatnya sebagai orangtua kita mencoba
belajar bukan dari kesalahan orang lain, tetapi dari kesalahan diri
sendiri.Padahal bila kita belajar dari kesalahan kita selanjutnya yang
menjadi korban adalah anak kita.
Dan berikut ini kita akan melihat
beberapa macam/ model /bentuk kesalahan yang sering kali dibuat oleh
orangtua dalam mengasuh anak.
II. ENAM (6) BENTUK KESALAHAN ORANGTUA DALAM MENGASUH ANAK.
1. Mendisiplintanpamengenal Developmental Stages of children
Ibu Susi salah satu ibu ketua jemaat yang kini telah memiliki cucu 2
orang ini, mengomentari tentang pasangan-pasangan muda di jemaatnya
ia mengatakan: “ sayang Ada sebagian ibu-ibu muda di jemaat saya yang
mendisiplin anak anaknya tanpa belajar mengenal tentang prinsip-prinsip
pendidikan anak dan phase tumbuh kembang anak, mungkin dikarenakan
ketidak tahuannya. Bahkan ada orang tua yang kelewat ketakutan karena
mengira anaknya sudah berbuat keterlaluan dan akhirnya anak yang menjadi
korban. Hasilnya orang tua tanpa sengaja telah melakukan kesalahan
kesalahan berat bahkan fatal yang menjadi benih jurang pemisah yang
timbul dalam hubungan anak dengan orang tuannya”.
Contoh:
a. Mendisiplin anak umur 2 tahun mgompol digereja, dengan mencubit ada yang memarahinya.
Padahal phase anak 2. Th seorang anak belum dapat mengontro lotot-otot pada saluran kencing.
b. Mendisiplin anak 10 th yang sering membantah, dengan cara memukul, mamarahi.
Padahal pada phase latency seorang anak justru mempunyai kebutuhan untuk mendapat semua jawab atas segala persoalan.
c. Mendisiplin anak 12-14 th yang sudah mulai berkiriman SMS bersurat-suratan dengan teman pria.
Padahal pada phase pubertas muncul kebutuhan identity yang ditandai dengan tingkah laku sexual yang baru.
Dampak
kepada anak: Timbul Jurang pemisah (gab) Yang semakin lebar antara anak
dengan orang tua. komunikasi seperti terputus, ada kemungkinan anak
akhirnya menjadi menjauh dari orang tua, karena anak merasa orang tua
tidak mengerti akan dirinya dan tidak jarang anak menjadi nakal,
terlibat Narkoba bahkan stress berat.
2. Anak Dijadikan Target Memperbaiki Harkat Orangtua di Masyarakat.
Pak
Uus pedagang kain keturuanan Hindia, begitu kecewa melihat anak
yang dibanggakannya tamat fakultas kedokteran namun ia tidak mau
berpraktek sebagai dokter, sudah berkali-kali ia memeaksa anaknya untuk
berprofesi sebagai dokter namun anaknya memilih menjadi pedagang kain
seperti bapaknya. Padahal sewaktu muda Pak Uus Ingin menjadi Dokter,
tetapi karena kurangnya kemampuan akademis saat itu Ia gagal masuk
fakultas kedokteran dan gagal pula cita-citanya menjadi seorang dokter.
Seperti
Pak Uus ada sebagian Orang tua seperti yang seringkali menuntut bahkan
memaksa anak untuk menjadi orang yang didambakan orangtua. Orang tua
seperti ini sering berkata “ Lho nak ngapain kamu ingin menjadi ahli
ekonomi, kamu harus menjadi ahli kimia. masak memilih jurusan itu, harus
jurusan ini yang terbaik, mengapa kamu ingin main biola,kamu harus jadi
pemain bola”.
Kenapa hal ini terjadi? Karena sebagian Orang tua
berfikir “ Inilah yang bisa mengangkat kehormatan dan harkat keluarga”.
Sewaktu dia muda ingin menjadi Dokter, ingin menjadi juara di
sekolah, pemain piano, pemain bola, ingin menjadi orang yang dihormati
dan sukses di tengah masyarakat tetapi gagal. Dikarenakan berbagai
faktor termasuk karena kurangnya kemampuan akademik atau kurangnya
faktor Ekonomi dll akhirnya gagal.
Seringkali sebagai orang tua
dalam posisi seperti ini memuntut bahkan kadang-kadang memaksa anak anak
untuk bisa mewujudkannya cita-citanya yang belum tercapai untuk
diwujutkan oleh anaknya.
Dampak Pada anak : Tuntutan orangtua seperti
ini sangat mbagus bila ada kecocokan dengan bakat dan minat anak. Lho
kalau tidak cocok dengan bakat dan minat anak dan ORTU terus memaksakan
pada anaknya bagi sebagian anak akan menjadi beban yang
kadang-kadang terlalu berat yang membebani pengembangan dirinya. Pada
akhirnya anak akan bertumbuh berkembang hanya menurut kepada orang tua
tetapi kemungkinan besar anak akan kehilangan kesempatan menjadi
dirinya sendiri dan terus merasa ada sesuatu yang terhilang dalam
hidupnya.
3. ORANG TUA INGIN ANAKNYA MENJADI SEPERTI DIRINYA
Pak
Hadi yang dikarunia 3 orang anak dua diantaranya sudah menikah. Ia
pernah mengeluh kepada pendeta jemaatnya demikian. “Saya heran dan
kadang malah prustrasi melihat anak-anak ini kenapa motifasi belajarnya
kurang, semua fasilitas ada tetapi tidak dimanfaatkan. Berbeda sekali
dengan Jaman saya masih kecil, serba kekurangan, serba terbatas, tetapi
saya dan istri bisa mempeoleh gelas S3, bisa juara kelas, bisa bermain
musik, tetapi anak-anak ini kok tidak ada yang mencontoh kami”
Memang
ada type orang tua yang seperti Pak Hadi ini, Ada orang tua yang
dulu paling pintar di sekolah kini setelah jadi orang tua menuntut
anaknya harus juara kelas. Bila ia memiliki gelar yang tinggi ia
menuntut anaknya harus memiliki gelar yang tinggi, Bila ia berbakat
musik, menyanyi, ataupun yang lain ia menuntut anaknya seperti dirinya
dll.
Lalu apa buruk Dampak kepada anak dengan sikap orang tua seperti
ini?: Banyak orang tua berfikir hal ini tidak apa-apa, namun bila kita
tetap paksakan kepada anak yang berlainan minat dan bakatnya dengan
kita, hal ini akan membuat Anak tertuntut menjadi sempurna seperti
tuntutan orang tua dan tidak boleh gagal. Anak seperti ini akan mudah
dirundung rasa bersalah yang berat dan ia akan merasa diri tidak berarti
jika gagal memenuhi permintaan orangtua.
Yah..b Bagi anak yang
penurut dan memiliki kesanggupan serta kesamaan minat dengan orang
tuanya anak akan akan maju dan sukses. Tetapi bagi anak yang lainnya
yang tidak memiliki kesanggupan dan minat seperti orang tuanya yang
sempurna itu biasanya akan menjadi kebalikannya yaitu gagal, nakal,
brutal dan bisa jadi brandal, karena ia mereasa hidup terlalu
terbelenggu oleh tuntutan demi tuntutan.
4. ORTU MENYESAL MENIKAH ATAU MENYESAL PUNYA ANAK
Kasus
yang satu ini mungkin sangat jarang kita temukan di lingkungan anggota
Advent, karena sebelum menikah mereka telah menjalani Konseling
Pranikah. Tetapi marilah kita coba tengok masyarakat dimana kita hidup,
ada orang yang menikah karena terlanjur hamil saat pacaran, lahir hasil
perkosaan. Pasangan yang menikah karena dipaksa orang tua, anak yang
lahir saat ekonomi masih morat-marit dan anak belum diharapkan lahir.
Sebagian dari anak yang lahir dari pasangan seperti ini, yaitu saat
orang tua bermasalah atau terjadi pertengkaran Anaklah yang menjadi
KAMBING HITAM/ sasaran amarah, dan penyesalan orang
tua
Dampak kepada Anak; Anak akan
merasa kehadirannya tidak menjadi berkat, tidak di syukuri, bahkan lebih
jauh ia merasa ditolak, tidak diinginkan, menjadi beban bagi orang
tuanya, bahkan diadianggap tidak pernah ada. Pada akhirnya anak-anak
seperti ini akan menyimpan dalam lubuk hatinya rasa kesedihan, dendam,
dan rasa bersalah. Perlakuan seperti ini akan menimbulkan masalah yang
berat dalam dirinya kelak saat mernginjak usia remaja dan berlangsung
terus dalam menjalani kehidupan pernikahanya, hidupnya gampang rapuh
dan emosi yang tidak stabil.
5. BERANI PUNYA ANAK TAK BERANI MENGASUH
Zaman
memang sudah berubah, Dulu ibu-ibu senang dan bangga bisa memberikan
ASI, meninabobokan, mengganti Popok, memandikan anak mereka. Si ayah
bangga bermain, dan melakukan sesuatu bersama anaknya. Ibu Yanita salah
satu anggota Jemaat Di Jawa Tengah memberikan pendapatnya membenarkan
pendapat diatas selanjutnya Ia mengatakan “Sebagian orangtua modern
memang enggan melakukannya, karena tuntutan hidup yang harus di
penuhi. Asi telah bisa digantikan dengan Susu buatan pabrik,
tugas-tugas mengurus anak telah digantikan oleh Pembantu atau Baby
sitter. Bermain dengan anak telah digantikan oleh pesawat TV dan
Computer. Anak-anak zaman ini sering mendengar kata sayang ditujukan
kepadanya tetapi hampir hampir anak tidak menerima kasih sayang secara
langsung dari kedua orang tua”.
Lalu Dampaknya kepada anak seperti
apa?: TAK ADA OKNUM PANUTAN, YANG PATUT DI TELADANI. yaitu Anak
kehilangan kesempatan yang sangat berharga untuk mencontoh, menyerap,
meneladani atau meniru/belajar dari pigur orang tuanya. Kurangnya
latihan berkomunikasi,berinteraksi, pelukan, dekapan, kasih sayang,
berdiskusi, kurangnya diajak memahami sesuatu dengan orang tuanya,
menjenyebabkan anak bisa saja menjadi Rapuh dan tidak stabil secara
emosi. Tidak adanya hubungan (kontak) batin sejak dini antara anak dan
orang tua, Pada saat anak remaja dan dewasa Hasilnya Anak akan tidak
segan melanggar nasehat orang tua, menyakiti hati orang tua, pergi lama
tidak menilpon, bertanya tidak dijawab, memberi nasehat tidak didengar,
saat sakit tidak dijenguk, pada saat mau meninggal diacuhkan. dll.
Stop......Jangan
berfikiran prilaku anak seperti itu disebabkan karena anak itu
nakal, bandel,atau tidak tau sopan, adat, tidak hurmat. INGAT Prilaku
anak seperti ini lebih disebabkan karena memang dari sejak kecil, tidak
ada atau sangat kurang kontak aatau hubungan batin yang erat dijalin
oleh orang tua dengan anaknya.
6. Menuntut Anak untuk Memenuhi Kebutuhan Orangtua Yang tak Terpenuhi.
Perlu
kita sadari bahwa sebagain orang tua diantara kita ada yang memiliki
latar belakang (masa kecil kurang bahagia ) Atau kurang baik atau
banyak kekurangan, apakakah “kekurangan Kasih sayang, penghargaan,
kurang dihormati, kurang kesempatan (lack of opportunity ) dll.
Kekurangan-kekurangan ini seharusnya sudah dibereskan saat kita bergaul
di masa muda yaitu kurang dari orang tua dapat dari saudara atau dapat
dari teman saat remaja. Namun sebagian orang belum membereskannya dan
masalah serba kekurangan ini dibawa kedalam Pernikahan. Akibat dari
serba kekurangan ini pasangan hidupnyadituntut untuk memenuhi kaehausan
kasih sayang, hormat, penghargaan. Malahaan ada kalanya dia akan
menunutut juga dari anak anaknya untuk memenuhi yang dia belum pernah
dapatkan selama ini.
Sebagaicontoh:
1. Orangtua yang saat
masa kecil kurang rasa dihormati, dia biasanya akan menuntut isteri
dan anaknya memenuhinya rasa haus untuk dihormati. Kalau ada anak yang
sedikit tidak kurang hormat saja, dia akan sangat marah dan tersinggung,
sering bertindak kasar dan bisa juga bertintadak sadis kepada anaknya.
2.
Orang tua yang masa kecil kurang penghargaan, bila mendapati anaknya
yang kecil melakukan kesalahan diluar kebiasaan anak kecil, dia akan
marah sekali, karena dia menganggab telah mempermalukan, telah
mencemarkan nama baik dan merusak reputasi orang tua.
3. Orangtua
yang saat masa kecilnya kurang kasih sayang, biasanya akan menuntut
anak-anaknya selalu memperhatikan dia, menanyakan tentang dia setiap
saat, memanjakan dia. Kalau sedikit saja anak lupa memberi perhatian,
anak lupa menelpon, orang tua menjadi ngambek, tersinggung, marah.
Karenadibenakorangtuaanaknyaitutidakmengasihinya, padahal sumbernya
adalah masa kecil kurang kasih sayag dan dihormati .
Dampak
kepada anak yang kurang kasih sayang.Anak yang masih dalam masa
pertumbuhan ini akan merasa letih, lelah, capek. Beban yang seharusnya
dia tidak tanggung kini dia harus menanggungnya. Anak yang seharusnya
mendapat perhatian kini malah harus memperhatikan orang tuanya, masa
kecil yang seharusnya berbahagia digantikan dengan tugas yang harus
selalu menyenangkan, memenuhi kebutuhan orang tua.
Sumber : http://www.kadnet.info/web/index.php?option=com_content&id=2694:enam-dampak-buruk-kesalahan-orang-tua-dalam-mangasuh-anak&catid=43:rumah-tangga&Itemid=63
Kesalahan Orang Tua dalam Mendidik Anak
Written By Sdit WAHDATUL UMMAH on Jumat, 12 April 2013 | 00.33
Label:
parenting
Posting Komentar